SUBNET & KONSEP ROUTING



1   Subnet

Jumlah IP Address Versi 4 sangat terbatas, apalagi jika harus memberikan alamat semua host di Internet. Oleh karena itu, perlu dilakukan efisiensi dalam penggunaan IP Address tersebut supaya dapat mengalamati semaksimal mungkin host yang ada dalam satu jaringan.
Konsep subnetting dari IP Address merupakan teknik yang umum digunakan di Internet untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.
Subnetting merupakan proses memecah satu kelas IP Address menjadi beberapa subnet dengan jumlah host yang lebih sedikit, dan untuk menentukan batas network ID dalam suatu subnet, digunakan subnet mask.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa selain menggunakan metode classfull untuk pembagian IP address, kita juga dapat menggunakan metode classless addressing (pengalamatan tanpa klas), menggunakan notasi penulisan singkat dengan prefix.
Metode ini merupakan metode pengalamatan IPv4 tingkat lanjut, muncul karena ada ke-khawatiran persediaan IPv4 berkelas tidak akan mencukupi kebutuhan, sehingga diciptakan metode lain untuk memperbanyak persediaan IP address.
Diperkenalkan oleh lembaga IETF pada tahun 1992, merupakan konsep baru untuk mengembangkan Supernetting dengan Classless Inter-Domain Routing. CIDR menghindari cara pemberian IP Address tradisional menggunakan klas A, B dan C. CIDR menggunakan “network prefix” dengan panjang tertentu. Prefix-length menentukan jumlah “bit sebelah kiri” yang akan dipergunakan sebagai network ID.
Jika suatu IP Address memiliki 16 bit sebagai network ID, maka IP address tersebut akan diberikan prefix-length 16 bit yang umumnya ditulis sebagai /16 dibelakang IP Address, contoh: 202.152.0.1/18. Oleh karena tidak mengenal kelas, CIDR dapat mengalokasikan kelompok IP address dengan lebih efektif.
Seperti contoh, jika satu blok IP address (202.91.8/26) dialokasikan untuk sejumlah host (komputer) yang akan dibagi dalam beberapa jaringan (subnet), maka setiap bagian (segmen/subnet) akan menerima porsi IP address yang sama satu sama lain.
Subnet 1 = 62 host – network address = 202.91.8.0/26
Subnet 2 = 62 host – network address = 202.91.8.64/26
Subnet 3 = 62 host – network address = 202.91.8.128/26
Subnet 4 = 62 host – network address = 202.91.8.192/26
Subnet Mask = 255.255.255.192
Bila salah satu subnet masih ingin memecah jaringannya menjadi beberapa bagian, misal subnet 4 masih akan dibagi menjadi 2 jaringan (subnet), maka 62 IP yang sebelumnya akan dialokasikan buat host subnet 4 akan dipecah menjadi 2 subnet lagi dengan jumlah host yang sama.
Subnet 4 = 30 host – network address = 202.91.8.192/27
Subnet 5 = 30 host – network address = 202.91.8.224/27
Subnet Mask = 255.255.255.224
Sisa host masing-masing subnet yang baru hanya 30 host, dikarenakan 1 IP sebagai identitas alamat Network dan 1 IP lainya (yang terakhir) digunakan sebagai IP broadcast subnet tersebut.
Jika pada pengalokasian IP address classfull, suatu network ID hanya memiliki satu subnetmask, maka VLSM menggunakan metode yang berbeda, yakni dengan memberikan suatu network address lebih dari satu subnetmask.
Perhatikan contoh berikut:
Satu blok IP address (169.254.0.0/20) dibagi menjadi 16.
Subnet 1 = 4094 host – Net address = 169.254.0.0/20
Subnet 2 = 4094 host – Net address = 169.254.16.0/20
Subnet 3 = 4094 host – Net address = 169.254.32.0/20
Subnet 4 = 4094 host – Net address = 169.254.64.0/20
Subnet 16= 4094 host – Net address = 169.254.240.0/20
Subnet Mask = 255.255.240.0
Berikutnya Subnet 2 akan dipecah menjadi 16 subnet lagi yang lebih kecil.
Subnet 2.1 = 254 host – Net address = 169.254.16.0/24
Subnet 2.2 = 254 host – Net address = 169.254.17.0/24
Subnet 2.3 = 254 host – Net address = 169.254.18.0/24
Subnet 2.16 = 254 host – Net address = 169.254.31.0/24
Subnet Mask = 255.255.255.0
Bila subnet 2.1 akan dipecah lagi menjadi beberapa subnet, misal 4 subnet, maka:
Subnet 2.1.1 = 62 host – Net address = 169.254.16.0/26
Subnet2.1.2= 62 host – Net address = 169.254.16.64/26
Subnet2.1.3= 62 host – Net address = 169.254.16.128/26
Subnet2.1.4= 62 host – Net address = 169.254.16.192/26
Subnet Mask = 255.255.255.192
Nah…terlihatkan kalau pada Subnet 2 (Net address 169.254.16.0) dapat memecah jaringannya menjadi beberapa subnet lagi dengan mengganti Subnetmask-nya menjadi: 255.255.240.0,  255.255.255.0 dan 255.255.255.192.
Jika anda perhatikan, CIDR dan metode VLSM mirip satu sama lain, yaitu blok network address dapat dibagi lebih lanjut menjadi sejumlah blok IP address yang lebih kecil.
Perbedaannya adalah CIDR merupakan sebuah konsep untuk pembagian blok IP Public yang telah didistribusikan dari IANA, sedangkan VLSM merupakan implementasi pengalokasian blok IP yang dilakukan oleh pemilik network (network administrator) dari blok IP yang telah diberikan padanya (sifatnya local dan tidak dikenal di internet).
Esensi dari subnetting adalah “memindahkan” garis pemisah antara bagian network dan bagian host dari suatu IP Address. Beberapa bit dari bagian hostID dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian networkID. Address satu network menurut struktur baku dipecah menjadi beberapa subnetwork. Cara ini menciptakan sejumlah network tambahan dengan mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.
Tujuan lain dari subnetting yang tidak kalah pentingnya adalah untuk mengurangi tingkat kongesti (gangguan/ tabrakan) lalulintas data dalam suatu network.
Perhatikan…!!! pengertian satu network secara logika adalah host-host yang tersambung pada suatu jaringan fisik. Misalkan pada suatu LAN dengan topologi bus, maka anggota suatu network secara logika haruslah host yang tersambung pada bentangan kabel tersebut. Jika menggunakan hub untuk topologi star, maka keseluruhan network adalah semua host yang terhubung dalam hub yang sama. Bayangkan jika network kelas B hanya dijadikan satu network secara logika, maka seluruh host yang jumlahnya dapat mencapai puluhan ribu itu akan “berbicara” pada media yang sama.
Jika kita perhatikan ilustrasi pada gambar berikut, hal ini sama dengan ratusan orang berada pada suatu ruangan. Jika ada banyak orang yang berbicara pada saat bersamaan, maka pendengaran kita terhadap seorang pembicara akan terganggu oleh pembicara lainnya. Akibatnya, kita bisa salah menangkap isi pembicaraan, atau bahkan sama sekali tidak bisa mendengarnya. Artinya tingkat kongesti dalam jaringan yang besar akan sangat tinggi, karena probabilitas “tabrakan” pembicaraan bertambah tinggi jika jumlah yang berbicara bertambah banyak.
Gambar 5.1. Satu Physical Network dengan host yang banyak
Untuk menghindari terjadinya kongesti akibat terlalu banyak host dalam suatu physical network, dilakukan segmentasi jaringan.
Misalkan suatu perusahaan yang terdiri dari 4 departemen ingin memiliki LAN yang dapat mengintegrasikan seluruh departemen. Masing-masing departemen memiliki server sendiri-sendiri (bisa Novell Server, Windows Server, Linux atau UNIX). Cara yang sederhana adalah membuat topologi network perusahaan tersebut seperti ditampilkan pada gambar berikut. 

Gambar 5.2. Subnetting secara fisik
Kita membuat 5 buah physical network (sekaligus logical network), yakni 4 buah pada masing-masing departemen, dan satu buah lagi sebagai jaringan backbone antar departemen. Dengan kata lain, kita membuat beberapa subnetwork (melakukan subnetting). Keseluruhan komputer tetap dapat saling berhubungan karena server juga berfungsi sebagai router. Pada server terdapat dua network interface, masing-masing tersambung ke jaringan backbone dan jaringan departemennya sendiri.
Setelah membuat subnet secara fisik, kita juga harus membuat subnet logic. Masing-masing subnet fisik setiap departemen harus mendapat subnet logic (IP Address) yang berbeda, yang merupakan bagian dari network address perusahaan. Dengan mengetahui dan menetapkan subnetmask, kita dapat memperkirakan jumlah host maksimal masing-masing subnet pada jaringan tersebut.
Berikut ini daftar subnetting yang bisa dihapal dan diterapkan untuk membuat subnet.
Tabel 5.1.  Subnetting
Bit Host
Masked
CIDR
Subnet
Net Mask
Host per Network
0
/8
1 network
255.0.0.0
16777214
1
/9
2
255.128.0.0
8388606
2
/10
4
255.192.0.0
4194302
3
/11
8
255.224.0.0
2097150
4
/12
16
255.240.0.0
1048574
5
/13
32
255.248.0.0
524286
6
/14
64
255.252.0.0
262142
7
/15
128
255.254.0.0
131070
8
/16
256
255.255.0.0
65534
9
/17
512
255.255.128.0
32766
10
/18
1024
255.255.192.0
16382
11
/19
2048
255.255.224.0
8910
12
/20
4096
255.255.240.0
4094
13
/21
8912
255.255.248.0
2046
14
/22
16384
255.255.252.0
1022
15
/23
32768
255.255.254.0
510
16
/24
65536
255.255.255.0
254
17
/25
131072
255.255.255.128
126
18
/26
262144
255.255.255.192
62
19
/27
524288
255.255.255.224
30
20
/28
1048576
225.255.255.240
14
21
/29
2097152
255.255.255.248
6
22
/30
4194304
255.255.255.252
2 host
23
/31
invalid
255.255.255.254
invalid
Disamping menghafal tabel-tabel diatas, dapat juga mempelajari cara menghitung dengan mempergunakan rumus
Jumlah Host per Network = 2 n  - 2
Dimana n adalah jumlah bit tersisa yang belum diselubungi, misal Network Prefix /10, maka bit tersisa (n) adalah 32 10 = 22
2 22 – 2 = 4194302
Sedangkan untuk mencari : Jumlah Subnet = 2 N
Dimana N adalah jumlah bit yang dipergunakan (diselubungi) atau N = Network Prefix – 8
Seperti contoh, bila network prefix /10, maka N = 10 – 8 = 2 à 2 2  = 4

Untuk menyusun tabel diatas, sebenarnya tidak terlalu sulit, anda bisa lebih detail memperhatikan bahwa, nilai jumlah host per network ternyata tersusun terbalik dengan jumlah subnet, Host/network dapat dengan gampang anda susun dengan rumus lain, seperti:   X x 2 + 2 = Xn 
X  = jumlah host sebelumnya, dan 
Xn = jumlah host 
Perhatikan: 2 x 2 + 2 = 6,  6 x 2 + 2 = 14,  14 x 2 + 2 = 30 dst.
Subnet: 1 x 2 = 2,  2 x 2 = 4,  4 x 2 = 8,  8 x 2 = 16, dst.
 
“Gimana, sudah mulai faham? kalau belum mungkin contoh kasus berikut bisa lebih membantu pemahaman anda J.
Contoh Kasus:
Bila anda memiliki IP address dari klas C seperti 192.168.0.1, Tentukan berapa jumlah host maksimal yang anda bisa susun dalam satu network dan berapa jumlah network (subnet) yang bisa anda bentuk (1 network atau lebih)
Penyelesaian:
Net Address : 192.168.0.0/24 11000000.10101000.00000000.00000000

Netmask     : 255.255.255.0  11111111.11111111.11111111.00000000
Wildcard    : 0.0.0.255      00000000.00000000.00000000.11111111        



IP Host Awal: 192.168.0.1    11000000.10101000.00000000.00000001

IP HostAkhir: 192.168.0.254  11000000.10101000.00000000.11111110

Broadcast   : 192.168.0.255  11000000.10101000.00000000.11111111

Hosts/Net   : 254 (1 Network)
Network     : 192.168.0.0/25  11000000.10101000.00000000.00000000

Netmask     : 255.255.255.128 11111111.11111111.11111111.10000000
Wildcard    : 0 .0 .0 .127    00000000.00000000.00000000.01111111
IP Host Awal: 192.168.0.1    11000000.10101000.00000000.00000001

IP HostAkhir: 192.168.0.126  11000000.10101000.00000000.01111110
Broadcast   : 192.168.0.127  11000000.10101000.00000000.01111111

Hosts/Net   : 126 (1 Network)
Network     : 192.168.0.128  11000000.10101000.00000000.10000000

IP Host Awal: 192.168.0.129  11000000.10101000.00000000.10000001

IP HostAkhir: 192.168.0.254  11000000.10101000.00000000.11111110

Broadcast   : 192.168.0.255  11000000.10101000.00000000.11111111

Hosts/Net   : 126 (1 Network)
Subnets     : 2 Network
Hosts Max    : 252
Net Add     : 192.168.0.0/26    11000000.10101000.00000000.00000001
Netmask     : 255.255.255.192  11111111.11111111.11111111.11000000

Wildcard    : 0.0.0.63                00000000.00000000.00000000.00111111



Network     : 192.168.0.0/26   11000000.10101000.00000000.00000000 

HostMin     : 192.168.0.1         11000000.10101000.00000000.00000001

HostMax     : 192.168.0.62       11000000.10101000.00000000.00111110
Broadcast   : 192.168.0.63       11000000.10101000.00000000.00111111

Hosts/Net   : 62                   



Network  : 192.168.0.64/26     11000000.10101000.00000000.01 000000 

HostMin  : 192.168.0.65           11000000.10101000.00000000.01 000001

HostMax  : 192.168.0.126         11000000.10101000.00000000.01 111110
Broadcast: 192.168.0.127         11000000.10101000.00000000.01 111111

Hosts/Net: 62                    



Network  : 192.168.0.128/26   11000000.10101000.00000000.10 000000 

HostMin  : 192.168.0.129         11000000.10101000.00000000.10 000001

HostMax  : 192.168.0.190         11000000.10101000.00000000.10 111110
Broadcast: 192.168.0.191         11000000.10101000.00000000.10 111111

Hosts/Net: 62                    



Network  : 192.168.0.192/26   11000000.10101000.00000000.11 000000 

HostMin  : 192.168.0.193         11000000.10101000.00000000.11 000001

HostMax  : 192.168.0.254         11000000.10101000.00000000.11 111110
Broadcast: 192.168.0.255         11000000.10101000.00000000.11 111111

Hosts/Net: 62                    



Subnets  : 4 

Hosts    : 248
Masih banyak lagi network yang kita bisa bentuk dengan 192.168.0.0/27,
192.168.0.0/28,
192.168.0.0/29, dan
192.168.0.0/30.
Singkatnya anda bisa lihat ditabel berikut:
Tabel 5.2. Subnetmask dari IP Address klas C
Bit Masked
Bit
Host ID
CIDR
Subnet
Net Mask
Host Max
Host per Network
0
8
/24
1
255.255.255.0
254
254
1
7
/25
2
255.255.255.128
252
126
2
6
/26
4
255.255.255.192
248
62
3
5
/27
8
255.255.255.224
240
30
4
4
/28
16
255.255.255.240
224
14
5
3
/29
32
255.255.255.248
192
6
6
2
/30
64
255.255.255.252
128
2
Contoh lain, bila sebuah kampus memiliki IP Address 167.205.7.xxx diperkirakan jumlah komputer maksimum yang tersambung di dalam setiap LAN tidak akan melebihi 30 buah. Oleh karena itu, pemilihan subnetmask yang tepat untuk ini adalah 27 bit (255.255.255.224), ini berarti jumlah bit host adalah 5, maka, subnet 167.205.7.xxx tadi dipecah menjadi 8 buah subnet baru yang lebih kecil. Setiap subnet baru terdiri dari 32 IP Address ( 1 IP untuk Net Address, 30 IP untuk host dan 1 IP untuk broadcast).
Ingat bahwa address paling awal dalam setiap subnet (seluruh bit host bernilai 0) diambil sebagai network address dan address paling akhir (seluruh bit host bernilai 1) sebagai broadcast.
Tabel 5.3. Pembagian Net 167.205.7.xxx menjadi 8 buah Subnet
Subnet
Struktur IP Address
Network Address
Broadcast Address
Subnet 1
167.205.7 .000 hhhhh
167.205.7.0
167.205.7.31
Subnet 2
167.205.7 .001 hhhhh
167.205.7.32
167.205.7.63
Subnet 3
167.205.7. 010 hhhhh
167.205.7.64
167.205.7.95
Subnet 4
167.205.7. 011 hhhhh
167.205.7.96
167.205.7.127
Subnet 5
167.205.7. 100 hhhhh
167.205.7.128
167.205.7.159
Subnet 6
167.205.7. 101 hhhhh
167.205.7.160
167.205.7.191
Subnet 7
167.205.7. 110 hhhhh
167.205.7.192
167.205.7.223
Subnet 8
167.205.7. 111 hhhhh
167.205.7.224
167.205.7.255

Setelah mendapatkan angka-angka di atas, pendelegasian IP address dapat dilakukan. Contoh pembagiannya adalah sbb :
subnet 1 (167.205.7.0)   untuk LAN pada Akademik
subnet 2 (167.205.7.32) untuk LAN pada Laboratorium 1
subnet 3 (167.205.7.64) untuk LAN pada Laboratorium 2, dst.
Perhatikan bahwa jika kita hanya memiliki 10 buah komputer pada LAN yang berkapasitas 30 host (penerapan masking 27 bit), maka 20 IP address lainnya yang belum/tidak terpakai tidak dapat dipakai pada LAN lain, karena akan mengacaukan jalannya routing.
Dalam melakukan subnetting, kita harus terlebih dahulu menentukan seberapa besar jaringan kita saat ini, serta kemungkinannya dimasa mendatang. Untuk hal tersebut kita dapat mengikuti beberapa petunjuk umum berikut:
v  Tentukan dulu jumlah jaringan fisik yang ada
v  Tentukan jumlah IP address yang dibutuhkan oleh masing-masing jaringan.
Berdasarkan requirement ini, definisikan:
v  Satu subnet mask untuk seluruh network
v  Subnet ID yang unik untuk setiap segmen jaringan
v  Range host ID untuk setiap subjek
Cara paling sederhana dalam membentuk subnet ialah mengalokasikan IP Address sama rata untuk setiap subnet. Namun hal ini hanya cocok jika alokasi IP yang kita miliki besar sekali atau kita menggunakan IP private, dan jaringan menjalankan protokol routing RIP versi 1.
Jika kita ingin membuat jaringan dengan subnet berukuran berbeda, RIP versi 1 tidak dapat digunakan. Alokasi IP dengan subnet yang besarnya berbeda-beda sesuai kebutuhan ini disebut sebagai VLSM (Variable Lenght Subnet Mask). VLSM dapat menghasilkan alokasi IP yang lebih efisien.

 

2   Konsep Routing

2.1 Mengapa perlu router ?

Sebelum kita pelajari lebih jauh mengenai bagaimana konsep routing, kita perlu memahami lebih baik lagi mengenai beberapa aturan dasar routing. Juga tentunya kita harus memahami sistem penomoran IP, subnetting, netmasking dan saudara-saudaranya yang lain.
Contoh kasus:
Host X à 128.1.1.1 (IP Kelas B network id 128.1.x.x)
Host Y à  128.1.1.7 (IP kelas B network id 128.1.x.x)
Host Z à  128.2.2.1 (IP kelas B network id 128.2.x.x)
Pada kasus di atas, host X dan host Y dapat berkomunikasi langsung tetapi baik host X maupun Y tidak dapat berkomunikasi dengan host Z, karena mereka memiliki Network Id yang berbeda. Bagaimana supaya Z dapat berkomunikasi dengan X dan Y ? gunakan router !
Contoh lain:
Host A à  192.168.0.1     subnet mask 255.255.255.240
Host B à  192.168.0.2     subnet mask 255.255. 255.240
Host C à  192.168.0.17   subnet mask 255.255. 255.240
Nah, ketika subnetting dipergunakan, maka dua host yang terhubung ke segmen jaringan yang sama dapat berkomunikasi hanya jika baik Network ID maupun subnetID-nya sesuai. Pada kasus di atas, A dan B dapat berkomunikasi dengan langsung, C memiliki Network ID yang sama dengan A dan B tetapi memiliki subnetmask yang berbeda. Dengan demikian C tidak dapat berkomunikasi secara langsung dengan A dan B. Bagaimana supaya C dapat berkomunikasi dengan A dan B ? gunakan router !
*****************************************************************************************
Jadi fungsi router, secara mudah dapat dikatakan, menghubungkan dua buah jaringan yang berbeda; tepatnya mengarahkan rute yang terbaik untuk mencapai network yang diharapkan.
*****************************************************************************************
Dalam implementasinya, router sering dipakai untuk menghubungkan jaringan antar lembaga atau perusahaan yang masing-masing telah memiliki jaringan dengan Network ID yang berbeda.
Contoh lainnya yang saat ini populer adalah ketika sebuah perusahaan akan terhubung ke internet. Maka router akan berfungsi mengalirkan paket data dari perusahaan tersebut ke lembaga lain melalui internet, sudah barang tentu nomor jaringan perusahaan itu akan bereda dengan perusahaaan yang dituju.
Jika sekedar menghubungkan 2 buah jaringan, sebenarnya anda juga dapat menggunakan PC berbasis windows NT atau Linux, dengan memberikan 2 buah network card dan sedikit setting, maka anda telah membuat router praktis. Namun tentunya dengan segala keterbatasannya. Di pasaran sangat beragam merek router, antara lain baynetworks, 3com, Cisco, dll.

2.2 Routing Statik dan Dinamik

Secara umum mekanisme koordinasi routing dapat dibagi menjadi dua, yaitu: routing statik dan routing dinamik.
Pada routing statik, entri-entri dalam forwarding table router diisi dan dihapus secara manual, sedangkan pada routing dinamik perubahan dilakukan otomatis melalui protokol routing.
Routing statik adalah pengaturan routing paling sederhana yang dapat dilakukan pada jaringan komputer. Menggunakan routing statik murni dalam sebuah jaringan berarti mengisi setiap entri dalam forwarding table di setiap router yang berada di jaringan tersebut.
Penggunaan routing statik dalam sebuah jaringan yang kecil tentu bukanlah suatu masalah, hanya beberapa entri yang perlu diisikan pada forwarding table di setiap router. Namun Anda tentu dapat membayangkan bagaimana jika harus melengkapi forwarding table di setiap router yang jumlahnya tidak sedikit dalam jaringan yang besar. Apalagi jika Anda ditugaskan untuk mengisi entri-entri di seluruh router di Internet yang jumlahnya banyak sekali dan terus bertambah setiap hari. Tentu repot sekali!
Routing dinamik adalah cara yang digunakan untuk melepaskan kewajiban mengisi entri-entri forwarding table secara manual. Protokol routing mengatur router-router sehingga dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dan saling memberikan informasi routing yang dapat mengubah isi forwarding table, tergantung keadaan jaringannya. Dengan cara ini, router-router mengetahui keadaan jaringan yang terakhir dan mampu meneruskan datagram ke arah yang benar. Dengan kata lain, routing dinamik adalah proses pengisian data routing di table routing secara otomatis.
Berikut ini tabel perbedaan yang spesifik untuk kedua jenis routing.
Tabel 5.4. Perbedaan routing statik dan routing dinamik
Routing Statik
Routing Dinamik
Berfungsi pada protokol IP
Berfungsi pada inter-routing protocol
Router tidak dapat membagi informasi routing
Router membagi informasi routing secara otomatis
Routing tabel dibuat dan dihapus secara manual
Routing tabel dibuat dan dihapus secara dinamis oleh router
Tidak menggunakan routing protocol
Terdapat routing protocol, seperti RIP atau OSPF
Microsoft mendukung multihomed system seperti router
Microsoft mendukung RIP untuk IP dan IPX/SPX

Post a Comment