1 Subnet
Jumlah IP Address Versi 4 sangat terbatas, apalagi jika harus memberikan
alamat semua host di Internet. Oleh karena itu, perlu dilakukan efisiensi dalam
penggunaan IP Address tersebut supaya dapat mengalamati semaksimal mungkin host
yang ada dalam satu jaringan.
Konsep subnetting dari IP Address merupakan
teknik yang umum digunakan di Internet untuk mengefisienkan alokasi IP Address
dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.
Subnetting merupakan proses memecah satu kelas
IP Address menjadi beberapa subnet dengan jumlah host yang lebih sedikit, dan
untuk menentukan batas network ID dalam suatu subnet, digunakan subnet mask.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa selain menggunakan
metode classfull untuk pembagian IP address, kita juga dapat menggunakan metode
classless addressing (pengalamatan tanpa klas), menggunakan notasi
penulisan singkat dengan prefix.
Metode ini merupakan metode pengalamatan IPv4 tingkat lanjut, muncul karena
ada ke-khawatiran persediaan IPv4 berkelas tidak akan mencukupi kebutuhan,
sehingga diciptakan metode lain untuk memperbanyak persediaan IP address.
Diperkenalkan
oleh lembaga IETF pada tahun 1992, merupakan konsep baru untuk mengembangkan
Supernetting dengan Classless Inter-Domain Routing. CIDR menghindari cara
pemberian IP Address tradisional menggunakan klas A, B dan C. CIDR menggunakan
“network prefix” dengan panjang tertentu. Prefix-length menentukan
jumlah “bit sebelah kiri” yang akan dipergunakan sebagai network ID.
Jika suatu IP
Address memiliki 16 bit sebagai network ID, maka IP address tersebut akan
diberikan prefix-length 16 bit yang umumnya ditulis sebagai /16
dibelakang IP Address, contoh: 202.152.0.1/18. Oleh karena tidak mengenal kelas, CIDR dapat mengalokasikan kelompok IP
address dengan lebih efektif.
Seperti contoh, jika satu blok IP address (202.91.8/26) dialokasikan untuk
sejumlah host (komputer) yang akan dibagi dalam beberapa jaringan (subnet),
maka setiap bagian (segmen/subnet) akan menerima porsi IP address yang sama
satu sama lain.
Subnet 1 = 62
host – network address = 202.91.8.0/26
Subnet 2 = 62
host – network address = 202.91.8.64/26
Subnet 3 = 62
host – network address = 202.91.8.128/26
Subnet 4 = 62
host – network address = 202.91.8.192/26
Subnet Mask =
255.255.255.192
Bila salah
satu subnet masih ingin memecah jaringannya menjadi beberapa bagian, misal
subnet 4 masih akan dibagi menjadi 2 jaringan (subnet), maka 62 IP yang
sebelumnya akan dialokasikan buat host subnet 4 akan dipecah menjadi 2 subnet
lagi dengan jumlah host yang sama.
Subnet 4 = 30
host – network address = 202.91.8.192/27
Subnet 5 = 30
host – network address = 202.91.8.224/27
Subnet Mask =
255.255.255.224
Sisa host
masing-masing subnet yang baru hanya 30 host, dikarenakan 1 IP sebagai
identitas alamat Network dan 1 IP lainya (yang terakhir) digunakan sebagai IP
broadcast subnet tersebut.
Jika pada
pengalokasian IP address classfull, suatu network ID hanya memiliki satu
subnetmask, maka VLSM menggunakan metode yang berbeda, yakni dengan memberikan
suatu network address lebih dari satu subnetmask.
Perhatikan
contoh berikut:
Satu blok IP
address (169.254.0.0/20) dibagi menjadi 16.
Subnet 1 =
4094 host – Net address = 169.254.0.0/20
Subnet 2 =
4094 host – Net address = 169.254.16.0/20
Subnet 3 =
4094 host – Net address = 169.254.32.0/20
Subnet 4 =
4094 host – Net address = 169.254.64.0/20
…
Subnet 16=
4094 host – Net address = 169.254.240.0/20
Subnet Mask =
255.255.240.0
Berikutnya Subnet 2 akan dipecah menjadi 16 subnet lagi yang lebih kecil.
Subnet 2.1 =
254 host – Net address = 169.254.16.0/24
Subnet 2.2 =
254 host – Net address = 169.254.17.0/24
Subnet 2.3 =
254 host – Net address = 169.254.18.0/24
…
Subnet 2.16 =
254 host – Net address = 169.254.31.0/24
Subnet Mask = 255.255.255.0
Bila subnet 2.1 akan dipecah lagi menjadi beberapa subnet, misal 4 subnet,
maka:
Subnet 2.1.1 =
62 host – Net address = 169.254.16.0/26
Subnet2.1.2=
62 host – Net address = 169.254.16.64/26
Subnet2.1.3=
62 host – Net address = 169.254.16.128/26
Subnet2.1.4=
62 host – Net address = 169.254.16.192/26
Subnet Mask =
255.255.255.192
Nah…terlihatkan
kalau pada Subnet 2 (Net address 169.254.16.0) dapat memecah jaringannya
menjadi beberapa subnet lagi dengan mengganti Subnetmask-nya menjadi:
255.255.240.0, 255.255.255.0 dan
255.255.255.192.
Jika anda
perhatikan, CIDR dan metode VLSM mirip satu sama lain, yaitu blok network
address dapat dibagi lebih lanjut menjadi sejumlah blok IP address yang lebih
kecil.
Perbedaannya
adalah CIDR merupakan sebuah konsep untuk pembagian blok IP Public yang telah
didistribusikan dari IANA, sedangkan VLSM merupakan implementasi pengalokasian
blok IP yang dilakukan oleh pemilik network (network administrator) dari blok
IP yang telah diberikan padanya (sifatnya local dan tidak dikenal di internet).
Esensi dari subnetting adalah
“memindahkan” garis pemisah antara bagian network dan bagian host dari suatu IP
Address. Beberapa bit dari bagian hostID dialokasikan menjadi bit
tambahan pada bagian networkID. Address satu network menurut struktur baku
dipecah menjadi beberapa subnetwork. Cara ini menciptakan sejumlah network
tambahan dengan mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network
tersebut.
Tujuan lain dari subnetting yang tidak kalah pentingnya adalah untuk
mengurangi tingkat kongesti (gangguan/ tabrakan) lalulintas data dalam suatu
network.
Perhatikan…!!! pengertian satu network secara logika adalah host-host
yang tersambung pada suatu jaringan fisik. Misalkan pada suatu LAN dengan
topologi bus, maka anggota suatu network secara logika haruslah host yang tersambung
pada bentangan kabel tersebut. Jika menggunakan hub untuk topologi star, maka
keseluruhan network adalah semua host yang terhubung dalam hub yang sama.
Bayangkan jika network kelas B hanya dijadikan satu network secara logika, maka
seluruh host yang jumlahnya dapat mencapai puluhan ribu itu akan “berbicara”
pada media yang sama.
Jika kita perhatikan ilustrasi pada gambar berikut, hal ini sama dengan
ratusan orang berada pada suatu ruangan. Jika ada banyak orang yang berbicara
pada saat bersamaan, maka pendengaran kita terhadap seorang pembicara akan
terganggu oleh pembicara lainnya. Akibatnya, kita bisa salah menangkap isi
pembicaraan, atau bahkan sama sekali tidak bisa mendengarnya. Artinya tingkat
kongesti dalam jaringan yang besar akan sangat tinggi, karena probabilitas
“tabrakan” pembicaraan bertambah tinggi jika jumlah yang berbicara bertambah
banyak.
Gambar 5.1.
Satu Physical Network dengan host yang banyak
Untuk menghindari terjadinya kongesti akibat terlalu banyak host dalam suatu
physical network, dilakukan segmentasi jaringan.
Misalkan suatu perusahaan yang terdiri dari 4
departemen ingin memiliki LAN yang dapat mengintegrasikan seluruh departemen.
Masing-masing departemen memiliki server sendiri-sendiri (bisa Novell Server,
Windows Server, Linux atau UNIX). Cara yang sederhana adalah membuat topologi
network perusahaan tersebut seperti ditampilkan pada gambar berikut.
Gambar 5.2.
Subnetting secara fisik
Kita membuat 5
buah physical network (sekaligus logical network), yakni 4 buah pada
masing-masing departemen, dan satu buah lagi sebagai jaringan backbone antar
departemen. Dengan kata lain, kita membuat beberapa subnetwork (melakukan
subnetting). Keseluruhan komputer tetap dapat saling berhubungan karena server
juga berfungsi sebagai router. Pada server
terdapat dua network interface, masing-masing tersambung ke jaringan backbone
dan jaringan departemennya sendiri.
Setelah membuat subnet secara fisik, kita juga harus membuat subnet
logic. Masing-masing subnet fisik setiap departemen harus mendapat subnet
logic (IP Address) yang berbeda, yang merupakan bagian dari network address
perusahaan. Dengan mengetahui dan menetapkan subnetmask, kita dapat
memperkirakan jumlah host maksimal masing-masing subnet pada jaringan tersebut.
Berikut ini daftar subnetting yang bisa dihapal dan diterapkan untuk membuat subnet.
Tabel 5.1. Subnetting
Bit Host
Masked
|
CIDR
|
Subnet
|
Net Mask
|
Host per Network
|
0
|
/8
|
1 network
|
255.0.0.0
|
16777214
|
1
|
/9
|
2
|
255.128.0.0
|
8388606
|
2
|
/10
|
4
|
255.192.0.0
|
4194302
|
3
|
/11
|
8
|
255.224.0.0
|
2097150
|
4
|
/12
|
16
|
255.240.0.0
|
1048574
|
5
|
/13
|
32
|
255.248.0.0
|
524286
|
6
|
/14
|
64
|
255.252.0.0
|
262142
|
7
|
/15
|
128
|
255.254.0.0
|
131070
|
8
|
/16
|
256
|
255.255.0.0
|
65534
|
9
|
/17
|
512
|
255.255.128.0
|
32766
|
10
|
/18
|
1024
|
255.255.192.0
|
16382
|
11
|
/19
|
2048
|
255.255.224.0
|
8910
|
12
|
/20
|
4096
|
255.255.240.0
|
4094
|
13
|
/21
|
8912
|
255.255.248.0
|
2046
|
14
|
/22
|
16384
|
255.255.252.0
|
1022
|
15
|
/23
|
32768
|
255.255.254.0
|
510
|
16
|
/24
|
65536
|
255.255.255.0
|
254
|
17
|
/25
|
131072
|
255.255.255.128
|
126
|
18
|
/26
|
262144
|
255.255.255.192
|
62
|
19
|
/27
|
524288
|
255.255.255.224
|
30
|
20
|
/28
|
1048576
|
225.255.255.240
|
14
|
21
|
/29
|
2097152
|
255.255.255.248
|
6
|
22
|
/30
|
4194304
|
255.255.255.252
|
2 host
|
23
|
/31
|
invalid
|
255.255.255.254
|
invalid
|
Disamping menghafal tabel-tabel diatas, dapat
juga mempelajari cara menghitung dengan mempergunakan rumus
Jumlah Host
per Network = 2 n - 2
Dimana n
adalah jumlah bit tersisa yang belum diselubungi, misal Network Prefix /10,
maka bit tersisa (n) adalah 32 –10 = 22
2 22 – 2 = 4194302
Sedangkan untuk mencari : Jumlah Subnet = 2 N
Dimana N adalah jumlah bit yang dipergunakan (diselubungi) atau N
= Network Prefix – 8
Seperti contoh, bila network prefix /10, maka N = 10 – 8 = 2 Ã 2 2 = 4
Untuk menyusun tabel diatas, sebenarnya tidak terlalu sulit, anda bisa lebih detail memperhatikan bahwa, nilai jumlah host per network ternyata tersusun terbalik dengan jumlah subnet, Host/network dapat dengan gampang anda susun dengan rumus lain, seperti: X x 2 + 2 = Xn
X = jumlah host sebelumnya, dan
Xn = jumlah host
Perhatikan: 2 x 2 + 2 = 6, 6 x 2 + 2 = 14, 14 x 2 + 2 = 30 dst.
Subnet: 1 x 2 = 2, 2 x 2 = 4, 4 x 2 = 8, 8 x 2 = 16, dst.
“Gimana, sudah mulai faham? kalau belum mungkin contoh kasus berikut bisa lebih membantu pemahaman anda J.
Contoh Kasus:
Bila anda memiliki IP address dari klas C seperti 192.168.0.1, Tentukan
berapa jumlah host maksimal yang anda bisa susun dalam satu network dan berapa
jumlah network (subnet) yang bisa anda bentuk (1 network atau lebih)
Penyelesaian:
Net Address : 192.168.0.0/24 11000000.10101000.00000000.00000000 Netmask : 255.255.255.0 11111111.11111111.11111111.00000000
Wildcard : 0.0.0.255 00000000.00000000.00000000.11111111
IP Host Awal: 192.168.0.1 11000000.10101000.00000000.00000001 IP HostAkhir: 192.168.0.254 11000000.10101000.00000000.11111110 Broadcast : 192.168.0.255 11000000.10101000.00000000.11111111 Hosts/Net : 254 (1 Network)
Network : 192.168.0.0/25 11000000.10101000.00000000.00000000 Netmask : 255.255.255.128 11111111.11111111.11111111.10000000
Wildcard : 0 .0 .0 .127 00000000.00000000.00000000.01111111
IP Host Awal: 192.168.0.1 11000000.10101000.00000000.00000001 IP HostAkhir: 192.168.0.126 11000000.10101000.00000000.01111110
Broadcast : 192.168.0.127 11000000.10101000.00000000.01111111 Hosts/Net : 126 (1 Network)
Network : 192.168.0.128 11000000.10101000.00000000.10000000 IP Host Awal: 192.168.0.129 11000000.10101000.00000000.10000001 IP HostAkhir: 192.168.0.254 11000000.10101000.00000000.11111110 Broadcast : 192.168.0.255 11000000.10101000.00000000.11111111 Hosts/Net : 126 (1 Network)
Subnets : 2 Network
Hosts Max : 252
Net Add : 192.168.0.0/26 11000000.10101000.00000000.00000001
Netmask : 255.255.255.192 11111111.11111111.11111111.11000000 Wildcard : 0.0.0.63 00000000.00000000.00000000.00111111
Network : 192.168.0.0/26 11000000.10101000.00000000.00000000 HostMin : 192.168.0.1 11000000.10101000.00000000.00000001 HostMax : 192.168.0.62 11000000.10101000.00000000.00111110
Broadcast : 192.168.0.63 11000000.10101000.00000000.00111111 Hosts/Net : 62 Network : 192.168.0.64/26 11000000.10101000.00000000.01 000000 HostMin : 192.168.0.65 11000000.10101000.00000000.01 000001 HostMax : 192.168.0.126 11000000.10101000.00000000.01 111110
Broadcast: 192.168.0.127 11000000.10101000.00000000.01 111111 Hosts/Net: 62
Network : 192.168.0.128/26 11000000.10101000.00000000.10 000000 HostMin : 192.168.0.129 11000000.10101000.00000000.10 000001 HostMax : 192.168.0.190 11000000.10101000.00000000.10 111110
Broadcast: 192.168.0.191 11000000.10101000.00000000.10 111111 Hosts/Net: 62
Network : 192.168.0.192/26 11000000.10101000.00000000.11 000000 HostMin : 192.168.0.193 11000000.10101000.00000000.11 000001 HostMax : 192.168.0.254 11000000.10101000.00000000.11 111110
Broadcast: 192.168.0.255 11000000.10101000.00000000.11 111111 Hosts/Net: 62
Subnets : 4 Hosts : 248
Masih banyak lagi network yang kita bisa bentuk dengan 192.168.0.0/27,
192.168.0.0/28,
192.168.0.0/29, dan
192.168.0.0/30.
Singkatnya anda bisa lihat ditabel berikut:
Tabel 5.2. Subnetmask dari IP Address klas C
Bit
Masked
|
Bit
Host
ID
|
CIDR
|
Subnet
|
Net Mask
|
Host
Max
|
Host
per Network
|
0
|
8
|
/24
|
1
|
255.255.255.0
|
254
|
254
|
1
|
7
|
/25
|
2
|
255.255.255.128
|
252
|
126
|
2
|
6
|
/26
|
4
|
255.255.255.192
|
248
|
62
|
3
|
5
|
/27
|
8
|
255.255.255.224
|
240
|
30
|
4
|
4
|
/28
|
16
|
255.255.255.240
|
224
|
14
|
5
|
3
|
/29
|
32
|
255.255.255.248
|
192
|
6
|
6
|
2
|
/30
|
64
|
255.255.255.252
|
128
|
2
|
Contoh lain, bila sebuah
kampus memiliki IP Address 167.205.7.xxx diperkirakan jumlah komputer maksimum
yang tersambung di dalam setiap LAN tidak akan melebihi 30 buah. Oleh karena
itu, pemilihan subnetmask yang tepat untuk ini adalah 27 bit (255.255.255.224),
ini berarti jumlah bit host adalah 5, maka, subnet 167.205.7.xxx tadi dipecah
menjadi 8 buah subnet baru yang lebih kecil. Setiap subnet baru terdiri dari 32
IP Address ( 1 IP untuk Net Address, 30 IP untuk host dan 1 IP untuk
broadcast).
Ingat bahwa
address paling awal dalam setiap subnet (seluruh bit host bernilai 0) diambil
sebagai network address dan address paling akhir (seluruh bit host bernilai 1)
sebagai broadcast.
Tabel 5.3. Pembagian Net
167.205.7.xxx menjadi 8 buah Subnet
Subnet
|
Struktur IP
Address
|
Network
Address
|
Broadcast
Address
|
Subnet 1
|
167.205.7 .000 hhhhh
|
167.205.7.0
|
167.205.7.31
|
Subnet 2
|
167.205.7 .001 hhhhh
|
167.205.7.32
|
167.205.7.63
|
Subnet 3
|
167.205.7. 010 hhhhh
|
167.205.7.64
|
167.205.7.95
|
Subnet 4
|
167.205.7. 011 hhhhh
|
167.205.7.96
|
167.205.7.127
|
Subnet 5
|
167.205.7. 100 hhhhh
|
167.205.7.128
|
167.205.7.159
|
Subnet 6
|
167.205.7. 101 hhhhh
|
167.205.7.160
|
167.205.7.191
|
Subnet 7
|
167.205.7. 110 hhhhh
|
167.205.7.192
|
167.205.7.223
|
Subnet 8
|
167.205.7. 111 hhhhh
|
167.205.7.224
|
167.205.7.255
|
Setelah mendapatkan
angka-angka di atas, pendelegasian IP address dapat dilakukan. Contoh
pembagiannya adalah sbb :
subnet 1 (167.205.7.0)
untuk LAN pada Akademik
subnet 2 (167.205.7.32) untuk LAN pada Laboratorium 1
subnet 3 (167.205.7.64) untuk LAN pada Laboratorium 2,
dst.
Perhatikan bahwa jika kita hanya memiliki 10 buah
komputer pada LAN yang berkapasitas 30 host (penerapan masking 27 bit), maka 20
IP address lainnya yang belum/tidak terpakai tidak dapat dipakai pada LAN lain,
karena akan mengacaukan jalannya routing.
Dalam melakukan subnetting,
kita harus terlebih dahulu menentukan seberapa besar jaringan kita saat ini,
serta kemungkinannya dimasa mendatang. Untuk hal tersebut kita dapat mengikuti
beberapa petunjuk umum berikut:
v Tentukan dulu jumlah jaringan fisik yang ada
v Tentukan jumlah IP address yang dibutuhkan oleh
masing-masing jaringan.
Berdasarkan
requirement ini, definisikan:
v Satu subnet
mask untuk seluruh network
v Subnet ID yang unik untuk setiap segmen jaringan
v Range host ID
untuk setiap subjek
Cara paling sederhana dalam membentuk subnet ialah mengalokasikan IP
Address sama rata untuk setiap subnet. Namun hal ini hanya cocok jika alokasi
IP yang kita miliki besar sekali atau kita menggunakan IP private, dan jaringan
menjalankan protokol routing RIP versi 1.
Jika kita ingin membuat jaringan dengan subnet berukuran
berbeda, RIP versi 1 tidak dapat digunakan. Alokasi IP dengan subnet yang besarnya berbeda-beda sesuai kebutuhan ini
disebut sebagai VLSM (Variable Lenght
Subnet Mask). VLSM dapat menghasilkan alokasi IP yang lebih efisien.
2 Konsep Routing
2.1 Mengapa perlu router ?
Sebelum kita pelajari lebih jauh mengenai bagaimana
konsep routing, kita perlu memahami lebih baik lagi mengenai beberapa aturan dasar
routing. Juga tentunya kita harus memahami sistem penomoran IP,
subnetting, netmasking dan saudara-saudaranya yang lain.
Contoh kasus:
Host X Ã 128.1.1.1 (IP Kelas B network id 128.1.x.x)
Host Y Ã 128.1.1.7 (IP kelas B network id 128.1.x.x)
Host Z Ã 128.2.2.1 (IP kelas B network id 128.2.x.x)
Pada kasus di
atas, host X dan host Y dapat berkomunikasi langsung tetapi baik host X maupun
Y tidak dapat berkomunikasi dengan host Z, karena mereka memiliki Network Id yang
berbeda. Bagaimana supaya Z dapat berkomunikasi dengan X dan Y ? gunakan
router !
Contoh lain:
Host A Ã 192.168.0.1 subnet mask 255.255.255.240
Host B Ã 192.168.0.2 subnet mask 255.255. 255.240
Host C Ã 192.168.0.17
subnet mask 255.255. 255.240
Nah,
ketika subnetting dipergunakan, maka dua host yang terhubung ke segmen jaringan
yang sama dapat berkomunikasi hanya jika baik Network ID maupun subnetID-nya
sesuai. Pada kasus di atas, A dan B dapat berkomunikasi dengan langsung, C
memiliki Network ID yang sama dengan A dan B tetapi memiliki subnetmask yang
berbeda. Dengan demikian C tidak dapat berkomunikasi secara
langsung dengan A dan B. Bagaimana supaya C dapat berkomunikasi dengan A dan B
? gunakan router !
*****************************************************************************************
Jadi fungsi router, secara mudah dapat dikatakan,
menghubungkan dua buah jaringan yang berbeda; tepatnya mengarahkan rute yang
terbaik untuk mencapai network yang diharapkan.
*****************************************************************************************
Dalam implementasinya, router sering dipakai untuk menghubungkan jaringan
antar lembaga atau perusahaan yang masing-masing telah memiliki jaringan dengan
Network ID yang berbeda.
Contoh lainnya yang saat ini populer adalah ketika sebuah perusahaan akan
terhubung ke internet. Maka router akan berfungsi mengalirkan paket data dari
perusahaan tersebut ke lembaga lain melalui internet, sudah barang tentu nomor
jaringan perusahaan itu akan bereda dengan perusahaaan yang dituju.
Jika sekedar menghubungkan 2 buah jaringan, sebenarnya anda juga dapat
menggunakan PC berbasis windows NT atau Linux, dengan memberikan 2 buah network
card dan sedikit setting, maka anda telah membuat router praktis. Namun tentunya
dengan segala keterbatasannya. Di pasaran sangat beragam merek router, antara
lain baynetworks, 3com, Cisco, dll.
2.2 Routing Statik dan Dinamik
Secara umum mekanisme koordinasi routing dapat dibagi
menjadi dua, yaitu: routing statik dan routing dinamik.
Pada routing statik, entri-entri dalam forwarding table router diisi
dan dihapus secara manual, sedangkan pada routing dinamik perubahan
dilakukan otomatis melalui protokol routing.
Routing statik adalah pengaturan routing
paling sederhana yang dapat dilakukan pada jaringan komputer. Menggunakan
routing statik murni dalam sebuah jaringan berarti mengisi setiap entri dalam
forwarding table di setiap router yang berada di jaringan tersebut.
Penggunaan routing statik dalam sebuah jaringan yang kecil
tentu bukanlah suatu masalah, hanya beberapa entri yang perlu diisikan pada
forwarding table di setiap router. Namun Anda tentu dapat membayangkan
bagaimana jika harus melengkapi forwarding table di setiap router yang
jumlahnya tidak sedikit dalam jaringan yang besar. Apalagi jika Anda ditugaskan
untuk mengisi entri-entri di seluruh router di Internet yang jumlahnya banyak
sekali dan terus bertambah setiap hari. Tentu repot sekali!
Routing dinamik adalah cara yang digunakan
untuk melepaskan kewajiban mengisi entri-entri forwarding table secara manual.
Protokol routing mengatur router-router sehingga dapat berkomunikasi satu
dengan yang lain dan saling memberikan informasi routing yang dapat mengubah
isi forwarding table, tergantung keadaan jaringannya. Dengan cara ini,
router-router mengetahui keadaan jaringan yang terakhir dan mampu meneruskan
datagram ke arah yang benar. Dengan kata lain, routing dinamik adalah proses
pengisian data routing di table routing secara otomatis.
Berikut
ini tabel perbedaan yang spesifik untuk kedua jenis routing.
Tabel 5.4.
Perbedaan routing statik dan routing dinamik
Routing Statik
|
Routing Dinamik
|
Berfungsi pada protokol IP
|
Berfungsi pada inter-routing
protocol
|
Router
tidak dapat membagi informasi routing
|
Router membagi informasi routing
secara otomatis
|
Routing tabel dibuat dan dihapus
secara manual
|
Routing tabel dibuat dan dihapus
secara dinamis oleh router
|
Tidak menggunakan routing protocol
|
Terdapat routing protocol, seperti
RIP atau OSPF
|
Microsoft mendukung multihomed system
seperti router
|
Microsoft mendukung RIP untuk IP dan
IPX/SPX
|
Post a Comment